w00t-w00tttttttt.....

kamu lebih dari f0ll0wers - kamu adalah SAHABATKU-

Wednesday, November 30, 2011

selesai & kenyang.....

alhamdulillah...


Published with Blogger-droid v2.0.1

yok makn...

Published with Blogger-droid v2.0.1

Thursday, November 24, 2011

Aku Maafkan Kamu - Malique ft. Jamal Abdillah

Ada teratak di hujung kampung
Bawah cermin kopak ada kotak
Tersembunyi dalamnya ada tempurung
Sembunyi bawahnya katak melalak

Atur sepuluh daktil batal yang batil
Detik dua usul ditutup satu lagi tampil
Dari halaman rusuk kiri satu susuk ganjil
Minta diisolasi dari dalil busuk jahil

Aspirasi tak serasi dengan suara bunyi
Inkarserasi dari penghuni dan keluarga bumi
Surat wasiatnya atas paksi dalam rumi
Minta dikebumikan hidup-hidup dalam guni

Mana cepat terbang atau warna gelang tangan
Buah fikiran aneh tergantung di persimpangan
Halusinasi susuli ketandusan ihsan
Ubat parut auditori kesan artileri insan
Gagal dikesan

Aku maafkan kamu
Tak perlu kita bertemu
Cukup kau tahu
Yang aku
Maafkan kamu
Tolong teruskan hidup
Jangan sebut namaku

Timbul tenggelam, timbul tenggelam
Acapkali terpendam, acapkali tersergam
Cermin muka kopak penuh bintik hitam silam
Ini bukan lagu rindu ini madah dendam

Ku ditimbang tanpa neraca di awal usia
Ku dihukum masuk neraka oleh manusia
Minta tunjuk lubang atau pintu tak dapat jawapan jitu
Jadi aku tak berganjak biarkan saja begitu

Maafkan mereka, mereka tidak tahu
Mereka tidak ramas buku, mereka segan ilmu
Mereka tidak fasih malah fasik guna kata
Kita kongsi nama bangsa tapi tidak kasta bahasa

Maafkan mereka, mereka tiada nilai
Ibu bapa lalai dari kecil dah diabai
Tanpa kasih sayang, mereka suka menyakiti
Kita kongsi warna mata tapi tidak warna hati

Atas kepala murai sekawan
Baling ku ramit kucup lehernya
Terlalu rahi dendam di angan
Sampai terkacip mulut mahirnya

Aku maafkan kamu
Tak perlu kita bertemu
Cukup kau tahu
Yang aku
Maafkan kamu
Tolong teruskan hidup
Jangan sebut namaku

Jangan ahli sihir seru nama maharaja
Nanti segerombolan hantu bisu yang menjelma
Guna hak berfikir sebelum hak untuk bersuara
Kalau terpelajar sila guna hak miranda

Pura-pura dengar, telan tapi tidak hadam
Hafaz bila lafaz tapi mereka tidak faham
Mereka mula kiri, aku kanan bila baca
Sudah mahir rumi, mari tafsir alif ba ta

(Alif)
Ada teratak di hujung kampung
(Ba)
Bawah cermin kopak ada kotak
(Ta)
Tersembunyi dalamnya ada tempurung
Sembunyi bawahnya katak melalak

Ada teratak di hujung kampung
Bawah cermin kopak ada kotak
Tersembunyi dalamnya ada tempurung
Sembunyi bawahnya katak melalak

Aku maafkan kamu
Tak perlu kita bertemu
Cukup kau tahu
Yang aku
Maafkan kamu
Tolong teruskan hidup
Jangan sebut namaku

Ada teratak di hujung kampung
Bawah cermin kopak ada kotak
Tersembunyi dalamnya ada tempurung
Sembunyi bawahnya katak melalak

Ternyata kamu lebih suci dari apa yang kubayangkan

For All Those Born in 80's....





amik kat Lil' Nganga.....

Kucing Oh Kucing...!!!!...





macam2 tul la......



info : woahcorner

Friday, November 18, 2011

Jangan Marah (peringatan utk DIRIKU & semua..)


عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ : أَوْصِنِيْ ، قَالَ : (( لَا تَغْضَبْ )). فَرَدَّدَ مِرَارًا ؛ قَالَ : (( لَا تَغْضَبْ )). رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Berilah aku wasiat”. Beliau menjawab, “Engkau jangan marah!” Orang itu mengulangi permintaannya berulang-ulang, kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Engkau jangan marah!”
[HR. al-Bukhâri]


TAKHRIJ HADITS

Hadits ini shahîh. Diriwayatkan oleh: al-Bukhâri (no. 6116), Ahmad (II/362, 466, III/484), at-Tirmidzi (no. 2020), Ibnu Hibban (no. 5660-5661 dalam at-Ta’lîqâtul Hisân), ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul-Kabîr (II/261-262, no. 2093-2101), Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf (no. 25768-25769), ‘Abdurrazzaq dalam al-Mushannaf (no. 20286), al-Baihaqi dalam Syu’abul-Îmân (no. 7924, 7926), al-Baihaqi dalam as-Sunanul-Kubra (X/105), al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah (XIII/159, no. 3580).


SYARAH HADITS

Sahabat yang meminta wasiat dalam hadits ini bernama Jariyah bin Qudamah Radhiyallahu ‘anhu. Ia meminta wasiat kepada Nabi dengan sebuah wasiat yang singkat dan padat yang mengumpulkan berbagai perkara kebaikan, agar ia dapat menghafalnya dan mengamalkannya. Maka Nabi berwasiat kepadanya agar ia tidak marah. Kemudian ia mengulangi permintaannya itu berulang-ulang, sedang Nabi tetap memberikan jawaban yang sama. Ini menunjukkan bahwa marah adalah pokok berbagai kejahatan, dan menahan diri darinya adalah pokok segala kebaikan.

Marah adalah bara yang dilemparkan setan ke dalam hati anak Adam sehingga ia mudah emosi, dadanya membara, urat sarafnya menegang, wajahnya memerah, dan terkadang ungkapan dan tindakannya tidak masuk akal.


DEFINISI MARAH

Marah ialah bergejolaknya darah dalam hati untuk menolak gangguan yang dikhawatirkan terjadi atau karena ingin balas dendam kepada orang yang menimpakan gangguan yang terjadi padanya.

Marah banyak sekali menimbulkan perbuatan yang diharamkan seperti memukul, melempar barang pecah belah, menyiksa, menyakiti orang, dan mengeluarkan perkataan-perkataan yang diharamkan seperti menuduh, mencaci maki, berkata kotor, dan berbagai bentuk kezhaliman dan permusuhan, bahkan sampai membunuh, serta bisa jadi naik kepada tingkat kekufuran sebagaimana yang terjadi pada Jabalah bin Aiham, dan seperti sumpah-sumpah yang tidak boleh dipertahankan menurut syar’i, atau mencerai istri yang disusul dengan penyesalan.

Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqâlani rahimahullah berkata, “Adapun hakikat marah tidaklah dilarang karena merupakan perkara tabi’at yang tidak bisa hilang dari perilaku kebiasaan manusia.”[1]

Yang dimaksud dengan hadits di atas adalah marah yang dilakukan karena menuruti hawa nafsu dan menimbulkan kerusakan.

Di dalam Al-Qur`ân Karim disebutkan bahwasanya Allah marah. Adapun marah yang dinisbatkan kepada Allah Ta’ala Yang Mahasuci adalah marah dan murka kepada orang-orang kafir, musyrik, munafik, dan orang-orang yang melewati batas-Nya. Allah Ta’ala berfirman:

“Dan Dia mengadzab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan (juga) orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang berprasangka buruk terhadap Allah. Mereka akan mendapat giliran (adzab) yang buruk, dan Allah murka kepada mereka dan mengutuk mereka, serta menyediakan neraka Jahannam bagi mereka. Dan (neraka Jahannam) itu seburuk-buruk tempat kembali”. [al-Fath/48 : 6] [2]

Di dalam hadits yang panjang tentang syafaat disebutkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala sangat marah yang belum pernah marah seperti kemarahan saat itu baik sebelum maupun sesudahnya.[3]

Setiap muslim wajib menetapkan sifat marah bagi Allah, tidak boleh mengingkarinya, tidak boleh ditakwil, dan tidak boleh menyamakan dengan sifat makhluk-Nya. Allah Ta’ala berfirman:

“…Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya, dan Dia Maha Mendengar, Maha Melihat” [asy-Syûrâ/42 : 11]

Sifat marah bagi Allah Azza wa Jalla merupakan sifat yang sesuai dengan keagungan dan kemuliaan bagi Allah, dan ini merupakan manhaj Salaf yang wajib ditempuh oleh setiap muslim.

Adapun marah yang dinisbatkan kepada makhluk; ada yang terpuji ada pula yang tercela. Terpuji apabila dilakukan karena Allah Azza wa Jalla dalam membela agama Allah Azza wa Jalla dengan ikhlas, membela hak-hak-Nya, dan tidak menuruti hawa nafsu, seperti yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau marah karena ada hukum-hukum Allah dan syari’at-Nya yang dilanggar, maka beliau marah. Begitu pula marahnya Nabi Musa Alaihissalam [4] dan marahnya Nabi Yunus Alaihissalam [5]. Adapun yang tercela apabila dilakukan karena membela diri, kepentingan duniawi, dan melewati batas.

Dalam hadits di atas disebutkan larangan marah karena marah mengikuti emosi dan hawa nafsu yang pengaruhnya membawa kepada kehancuran dan kebinasaan.

Ja’far bin Muhammad rahimahullah mengatakan, “Marah adalah pintu segala kejelekan.” Dikatakan kepada Ibnu Mubarak rahimahullah, “Kumpulkanlah untuk kami akhlak yang baik dalam satu kata!” Beliau menjawab, “Meninggalkan amarah.” Demikian juga Imam Ahmad rahimahullah dan Ishaq rahimahullah menafsirkan bahwa akhlak yang baik adalah dengan meninggalkan amarah.

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Engkau jangan marah “ kepada orang yang meminta wasiat kepada beliau mengandung dua hal.

Pertama. Maksud dari perintah beliau ialah perintah untuk memiliki sebab-sebab yang menghasilkan akhlak yang baik, berupa dermawan, murah hati, penyantun, malu, tawadhu’, sabar, menahan diri dari mengganggu orang lain, pemaaf, menahan amarah, wajah berseri, dan akhlak-akhlak baik yang semisalnya.

Apabila jiwa terbentuk dengan akhlak-akhlak yang mulia ini dan menjadi kebiasaan baginya, maka ia mampu menahan amarah, pada saat timbul berbagai sebabnya.

Kedua. Maksud sabda Nabi ialah, “Engkau jangan melakukan tuntutan marahmu apabila marah terjadi padamu, tetapi usahakan dirimu untuk tidak mengerjakan dan tidak melakukan apa yang diperintahnya.” Sebab, apabila amarah telah menguasai manusia, maka amarah itu yang memerintah dan yang melarangnya.

Makna ini tercermin dalam firman Allah Ta’ala:
”Dan setelah amarah Musa mereda… ” [al-A’râf/7 : 154]

Apabila manusia tidak mengerjakan apa yang diperintahkan amarahnya dan dirinya berusaha untuk itu, maka kejelekan amarah dapat tercegah darinya, bahkan bisa jadi amarahnya menjadi tenang dan cepat hilang sehingga seolah-olah ia tidak marah.

Pada makna inilah terdapat isyarat dalam Al-Qur`ân dengan firman-Nya Azza wa Jalla :

“… Dan apabila mereka marah segera memberi maaf” [asy-Syûrâ/42 : 37]

Juga dengan firman-Nya Ta’ala:

“…Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan” [Ali ‘Imrân/3 : 134]

Nabi memerintahkan orang yang sedang marah untuk melakukan berbagai sebab yang dapat menahan dan meredakan amarahnya. Dan beliau memuji orang yang dapat mengendalikan dirinya ketika marah.

Diantara cara yang diajarkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam meredam amarah adalah dengan mengucapkan:

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

Diriwayatkan dari Sulaiman bin Shurad Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
Kami sedang duduk bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba-tiba ada dua orang laki-laki saling mencaci di hadapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seorang dari keduanya mencaci temannya sambil marah, wajahnya memerah, dan urat lehernya menegang, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh, aku mengetahui satu kalimat, jika ia mengucapkannya niscaya hilanglah darinya apa yang ada padanya (amarah). Seandainya ia mengucapkan,

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

(Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk)”. Para sahabat berkata, “Tidakkah engkau mendengar apa yang dikatakan Rasulullah?” Laki-laki itu menjawab, “Aku bukan orang gila”.[6]

Allah Ta’ala memerintahkan kita apabila kita diganggu setan hendaknya kita berlindung kepada Allah. Allah Ta’ala berfirman:

“Dan jika setan datang mengodamu, maka berlindunglah kepada Allah. Sungguh, Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui” [al-A’râf/7 : 200]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan agar orang yang marah untuk duduk atau berbaring. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ ، فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ ، وَإِلَّا فَلْيَضْطَجِعْ

“Apabila seorang dari kalian marah dalam keadaan berdiri, hendaklah ia duduk; apabila amarah telah pergi darinya, (maka itu baik baginya) dan jika belum, hendaklah ia berbaring” [7].

Ada yang mengatakan bahwa berdiri itu siap untuk balas dendam, sedang orang duduk tidak siap untuk balas dendam, sedang orang berbaring itu sangat kecil kemungkinan untuk balas dendam.

Maksudnya ialah hendaknya seorang muslim mengekang amarahnya dalam dirinya dan tidak menujukannya kepada orang lain dengan lisan dan perbuatannya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan apabila seseorang marah hendaklah ia diam, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتْ

“Apabila seorang dari kalian marah, hendaklah ia diam” [8].

Ini juga merupakan obat yang manjur bagi amarah, karena jika orang sedang marah maka keluarlah darinya ucapan-ucapan yang kotor, keji, melaknat, mencaci-maki dan lain-lain yang dampak negatifnya besar dan ia akan menyesal karenanya ketika marahnya hilang. Jika ia diam, maka semua keburukan itu hilang darinya.

Menurut syari’at Islam bahwa orang yang kuat adalah orang yang mampu melawan dan mengekang hawa nafsunya ketika marah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيْدُ الَّذِيْ يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ

“Orang yang kuat itu bukanlah yang pandai bergulat, tetapi orang yang kuat ialah orang yang dapat mengendalikan dirinya ketika marah”. [9]

Imam Ibnu Baththal rahimahullah mengatakan bahwa melawan hawa nafsu lebih berat daripada melawan musuh.[10]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang keutamaan orang yang dapat menahan amarahnya, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُؤُوْسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللهُ مِنَ الْحُوْرِ الْعِيْنِ مَا شَاءَ

“Barangsiapa menahan amarah padahal ia mampu melakukannya, pada hari Kiamat Allah k akan memanggilnya di hadapan seluruh makhluk, kemudian Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang ia sukai” [11].

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada seorang sahabatnya,

لاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ

“Jangan kamu marah, maka kamu akan masuk Surga” [12].

Yang diwajibkan bagi seorang Mukmin ialah hendaklah keinginannya itu sebatas untuk mencari apa yang dibolehkan oleh Allah Ta’ala baginya, bisa jadi ia berusaha mendapatkannya dengan niat yang baik sehingga ia diberi pahalanya karena. Dan hendaklah amarahnya itu untuk menolak gangguan terhadap agamanya dan membela kebenaran atau balas dendam terhadap orang-orang yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, sebagaiman Allah Ta’ala berfirman:

“Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tanganmu dan Dia akan menghina mereka dan menolongmu (dengan kemenangan) atas mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman. Dan Dia menghilangkan kemarahan hati mereka (orang Mukmin)… ” [at-Taubah/9 : 14-15]

Ini adalah keadaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau tidak balas dendam untuk dirinya sendiri. Namun jika ada hal-hal yang diharamkan Allah dilanggar, maka tidak ada sesuatu pun yang sanggup menahan kemarahan beliau. Dan beliau belum pernah memukul pembantu dan wanita dengan tangan beliau, namun beliau menggunakan tangan beliau ketika berjihad di jalan Allah.

‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha ditanya tentang akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka ia menjawab, “Akhlak beliau adalah Al-Qur`ân.”[13] Maksudnya beliau beradab dengan adab Al-Qur`ân, berakhlak dengan akhlaknya. Beliau ridha karena keridhaan Al-Qur`ân dan marah karena kemarahan Al-Qur`ân.

Karena sangat malunya, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menghadapi siapa pun dengan sesuatu yang beliau benci, bahkan ketidaksukaan beliau terlihat di wajah beliau, sebagaimana diriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri , ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih pemalu daripada gadis yang dipingit. Apabila beliau melihat sesuatu yang dibencinya, kami mengetahuinya di wajah beliau.”[14]

Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi tahu Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu tentang ucapan seseorang, “Pembagian ini tidak dimaksudkan untuk mencari wajah Allah.” Maka ucapan itu terasa berat bagi beliau, wajah beliau berubah, beliau marah, dan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya bersabda:

لَقَدْ أُوْذِيَ مُوْسَى بِأَكْثَرَ مِنْ هَذَا فَصَبَرَ

“Sungguh Musa disakiti dengan yang lebih menyakitkan daripada ini, namun beliau bersabar” [15].

Apabila Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat atau mendengar sesuatu yang membuat Allah Azza wa Jalla murka, maka beliau marah karenanya, menegurnya, dan tidak diam. Beliau pernah memasuki rumah ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha dan melihat tirai yang terdapat gambar makhluk hidup padanya, maka wajah beliau berubah dan beliau merobeknya lalu bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling keras adzabnya pada hari Kiamat ialah orang yang menggambar gambar-gambar ini.” [16]

Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi pengaduan tentang imam yang shalat lama dengan manusia hingga sebagian mereka terlambat, beliau marah, bahkan sangat marah, menasihati manusia, dan menyuruh meringankan shalat (supaya tidak memanjangkan shalatnya).[17]

Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi was allam melihat dahak di kiblat masjid, beliau marah, mengeruknya, dan bersabda, “Sesungguhnya jika salah seorang dari kalian berada dalam shalat, maka Allah Azza wa Jalla ada di depan wajahnya. Oleh karena itu, ia jangan sekali-kali berdahak di depan wajahnya ketika shalat.”[18]

Diantara do’a yang beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam baca ialah:

أَسْأَلُكَ كَلِمَةَ الْحَقِّ فِي الْغَضَبِ وَالرِّضَى

“Aku memohon kepada-Mu perkataan yang benar pada saat marah dan ridha” [19].

Ini sangat mulia, yaitu seorang hanya berkata benar ketika ia marah atau ridha, karena sebagian manusia jika mereka marah , mereka tidak bisa berhenti dari apa yang mereka katakan.

Dari Jabir Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Kami pernah berjalan bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada satu peperangan, dan ada seorang laki-laki berada di atas untanya. Unta orang Anshar itu berjalan lambat kemudian orang Anshar itu berkata, ‘Berjalanlah semoga Allah melaknatmu.’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada orang itu, ‘Turunlah engkau dari unta tersebut. Engkau jangan menyertai kami dengan sesuatu yang telah dilaknat. Kalian jangan mendo’akan kejelekan bagi diri kalian. kalian jangan mendo’akan kejelekan bagi anak-anak kalian. Kalian jangan mendo’akan kejelekan bagi harta kalian. Tidaklah kalian berada di satu waktu jika waktu tersebut permintaan diajukan, melainkan Allah Azza wa Jalla akan mengabulkan bagi kalian.”[20]

Ini semua menunjukkan bahwa do’a orang yang marah akan dikabulkan jika bertepatan dengan waktu yang diijabah, dan pada saat marah ia dilarang berdo’a bagi kejelekan dirinya, keluarganya, dan hartanya.

Seorang ulama Salaf t berkata, ”Orang yang marah jika penyebab marahnya adalah sesuatu yang diperbolehkan seperti sakit dan perjalanan, atau penyebab amarahnya adalah ketaatan seperti puasa, ia tidak boleh dicela karenanya,” maksudnya ialah orang tersebut tidak berdosa jika yang keluar darinya ketika ia marah ialah perkataan yang mengandung hardik, caci-maki, dan lain sebagainya, seperti disabdakan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya aku hanyalah manusia, aku ridha seperti ridhanya manusia dan aku marah seperti marahnya manusia. Orang Muslim mana saja yang pernah aku caci dan aku cambuk, maka aku menjadikannya sebagai penebus (dosa) baginya.”[21]

Sedang jika yang keluar dari orang yang marah adalah kekufuran, kemurtadan, pembunuhan jiwa, mengambil harta tanpa alasan yang benar, dan lain sebagainya, maka orang Muslim tidak ragu bahwa orang marah tersebut mendapat hukuman karena semua itu. Begitu juga jika yang keluar dari orang yang marah adalah perceraian, pemerdekaan budak, dan sumpah, ia dihukum karena itu semua tanpa ada perbedaan pendapat di dalamnya.[22]

Diriwayatkan dari Mujahid, dari Ibnu ‘Abbas bahwa seorang laki-laki berkata, “Aku mentalaq istriku dengan talak tiga ketika aku marah.” Maka Ibnu ‘Abbas berkata, “Sesungguhnya Ibnu ‘Abbas tidak bisa menghalalkan untukmu apa yang telah Allah haramkan atasmu, engkau telah mendurhakai kepada Rabb-mu, dan engkau mengharamkan istrimu atas dirimu sendiri.”[23]

Diriwayatkan dengan shahih dari banyak Sahabat bahwa mereka berfatwa sesungguhnya sumpah orang yang marah itu sah dan di dalamnya terdapat kaffarat.

Al-Hasan rahimahullah berkata, “Thalaq yang sesuai Sunnah ialah suami mentalaq istrinya dengan talaq satu dalam keadaan suci dan tidak digauli. Suami mempunyai hak pilih antara masa tersebut dengan istrinya selama tiga kali haidh. Jika ia ingin rujuk dengan istrinya, ia berhak melakukannya. Jika ia marah, istrinya menunggu tiga kali haidh atau tiga bulan jika ia tidak haidh agar marahnya hilang.” Al-Hasan rahimahullah berkata lagi, “Allah menjelaskan agar tidak seorang pun menyesal dalam perceraiannya seperti yang diperintahkan Allah.” Diriwayatkan oleh al-Qadhi Isma’il.[24]


BAGAIMANA MENGOBATI AMARAH JIKA TELAH BERGEJOLAK?

Orang yang marah hendaklah melakukan hal-hal berikut:
1. Berlindung kepada Allah dari godaan setan dengan membaca:

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.
2. Mengucapkan kalimat-kalimat yang baik, berdzikir, dan istighfar.
3. Hendaklah diam, tidak mengumbar amarah.
4. Dianjurkan berwudhu’.[25]
5. Merubah posisi, apabila marah dalam keadaan berdiri hendaklah duduk, dan apabila marah dalam keadaan duduk hendaklah berbaring.
6. Jauhkan hal-hal yang membawa kepada kemarahan.
7. Berikan hak badan untuk beristirahat.
8. Ingatlah akibat jelek dari amarah.
9. Ingatlah keutamaan orang-orang yang dapat menahan amarahnya.
Wallâhu a’lam.

FAWA`ID HADITS

1. Semangatnya para Sahabat untuk memperoleh apa yang bermanfaat bagi mereka.
2. Dianjurkan memberikan nasihat dan wasiat bagi orang yang memintanya.
3. Seorang muslim harus mencari jalan-jalan kebaikan dan keselamatan yang sesuai dengan Sunnah.
4. Mengulangi nasihat memiliki manfaat yang banyak.
5. Larangan dari marah berdasarkan sabda beliau, “Engkau jangan marah!” Sebab, amarah dapat menimbulkan berbagai kerusakan yang besar apabila seseorang berbuat dengan menuruti hawa nafsu untuk membela dirinya.
6. Agama Islam melarang akhlak yang jelek, dan larangan tersebut mengharuskan perintah berakhlak yang baik.
7. Marah merupakan sifat dan tabi’at manusia.
8. Dianjurkan untuk menahan marah dan ini termasuk dari sifat seorang mukmin.
9. Melawan hawa nafsu lebih berat daripada melawan musuh.
10. Dianjurkan menjauhkan hal-hal yang membawa kepada kemarahan.
11. Marah yang terpuji adalah apabila seseorang marah karena Allah, untuk membela kebenaran, dan tidak menuruti hawa nafsu dan tidak merusak.
12. Sabar dan pemaaf adalah sifat orang yang beriman dan berbuat kebajikan.
13. Apabila seseorang marah hendaklah ia berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk, dan melakukan apa yang disebutkan di atas tentang obat meredam amarah.


inf0 : SINI

Thursday, November 17, 2011

Memakai Cincin Mengikut Sunnah

Ada seorang sahabat yang sangat mencintai sunnah Baginda sallallahu alaihi wasallam telah bertanya kepada saya tentang cara pemakaian cincin menurut sunnah Baginda sallallahu alaihi wasallam.

Saya tidak ingin menjawab dengan pandangan saya yang sangat faqir di dalam ilmu, namun saya akan memberikan jawapan yang telah diberikan oleh al-Imam Jalaluddin al-Suyuti rahimahullah dan para ulama yang lain. Jawapan daripada para ulama ini akan saya ringkaskan agar mudah difahami oleh para pembaca.

Ada beberapa perkara yang akan terlintas di dalam persoalan berkaitan cincin :

1. Adakah terdapat berat yang khusus untuk memakai cincin?

2. Adakah kita boleh mengambil segala jenis logam untuk dijadikan cincin seperti tembaga, besi dan lain-lain?

3. Adakah harus bagi kita memakai lebih daripada satu cincin perak di tangan bagi lelaki?

4. Adakah cincin yang dipakai oleh Baginda sallallahu alaihi wasallam mempunyai batu? Apakah jenis batunya?

5. Di jari manakah Baginda sallallahu alaihi wasallam memakai cincin , kanan atau kiri? Dan bagaimana pula keadaan batu cincin Baginda sallallahu alaihi wasallam, samada dipusingkan ke tapak tangan atau tidak?

Ini antara soalan yang terlintas di dalam pemikiran kita. Sekarang kita lihat pula bagaimana para ulama memberikan jawapan bagi permasalahan ini. Jawapan yang akan saya kemukakan adalah menurut turutan soalan di atas. Di harap para pembaca mengambil perhatian terhadap perkara ini.

JAWAPAN

BERAT CINCIN

1. Para ulama berbeza pandangan di dalam permasalahan berat cincin yang dibenarkan. Al-Imam Haskafi rahimahullah, ulama bermazhab Abu Hanifah mengatakan bahawa sesebuah cincin tidak boleh melebihi berat satu Mithqal yang bersamaan 4.680 gram. Al-Imam Ibn Abidin yang merupakan ulama bermazhab Abu Hanifah juga merajihkan pandangan pengarang kitab al-Zhaqirah bahawa berat yang dibenarkan hanya satu Mithqal.

2. Para ulama Malikiyah pula berpandangan dibenarkan untuk seseorang memakai cincin dengan kadar 2 dirham ke bawah. Berat dua dirham menurut pengiraan moden ialah 3.125 gram × 2 = 6.25 gram

3. Para ulama Syafieyah pula mengatakan bahawa berat cincin bergantung kepada adat atau uruf setempat. Jika melebihi daripada adat tempat tersebut maka ianya dianggap membazir.

4. Para ulama Hanabilah pula berpandangan tiada masalah untuk memakai cincin yang beratnya melebihi satu mithqal. Tetapi dengan syarat tidak terkeluar daripada uruf atau adat setempat yang ditetapkan. Jika melebihi uruf maka hukumnya adalah haram.

LOGAM YANG DIBENARKAN UNTUK MEMBUAT CINCIN

EMAS

1. Para ulama bersepakat mengatakan bahawa emas dibenarkan kepada wanita untuk memakainya, manakala bagi lelaki ianya adalah haram.

2. Manakala untuk kanak-kanak yang belum baligh, para ulama Syafieyah di dalam pandangan muktamad di dalam mazhab berpendapat bahawa dibenarkan bagi mereka untuk memakai emas samaada kanak-kanak lelaki atau perempuan.

PERAK

1. Para ulama bersepakat mengatakan bahawa cincin perak dibenarkan kepada wanita. Manakala bagi lelaki pula terdapat perincian oleh para ulama .

2. Para ulama Hanafiyah mengatakan bahawa harus bagi lelaki memakai cincin perak. Ianya menjadi sunnah kepada para sultan, para qadhi dan yang seumpama dengannya. Manakala kepada selain sultan, qadhi dan yang seumpama dengannya terlebih afdhal bagi mereka tidak memakai cincin perak.

3. Para ulama Malikiyah pula berpandangan bahawa memakai cincin perak bagi lelaki adalah harus dan jika dipakai dengan tujuan mengikut sunnah Baginda sallallahu alaihi wasallam hukumnya adalah sunnah dan haram memakainya dengan tujuan berbangga diri.

4. Para ulama Syafieyah pula berpandangan bahawa disunatkan kepada sesiapa sahaja untuk memakai cincin perak bukan dikhususkan kepada sultan dan qadhi semata-mata.

5. Para ulama Hanabilah berpandangan bahawa memakai cincin perak bagi lelaki adalah harus.

SELAIN DARIPADA EMAS & PERAK

1. Para ulama Malikiyah ( dalam pandangan yang muktamad ) dan ulama Hanabilah berpandangan bahawa memakai cincin daripada besi, tembaga dan seumpama dengannya adalah makruh berdasarkan larangan Baginda sallallahu alaihi wasallam di dalam hadis. Hukuman ini merangkumi lelaki dan wanita.

2. Para ulama Malikiyah berpandangan bahawa mengambil cincin daripada kayu, kulit dan batu adalah harus bagi lelaki dan wanita. Manakala para ulama Hanabilah pula berpandangan diharuskan bagi lelaki dan wanita memakai cincin daripada zamrud, yaqut, jed dan lain-lain jenis batu.

3. Para ulama Syafieyah pula mempunyai dua pandangan di dalam permasalahan ini. Sebahagian mengatakan bahawa hukumnya makruh memakai cincin selain emas dan perak. Manakala sebahagian lagi mengatakan tidak makruh. Al-Imam Nawawi rahimahullah berpandangan dengan mengatakan tidak makruh memakai cincin daripada selain emas dan perak . al-Imam Qalyubi di dalam Hasyiyahnya juga mengatakan bahawa tiada masalah untuk memakai cincin daripada tembaga , besi dan lain-lain.

4. Para ulama Hanafiyah pula seperti al-Imam Ibn Abidin rahimahullah mengatakan bahawa dihalalkan bagi lelaki memakai cincin perak dan diharamkan memakai cincin emas, tembaga atau besi. Manakala mengambil cincin daripada batu adalah dibenarkan khususnya batu aqiq.

Syaikh al-Allamah Abdullah Fad aq hafizahullah..Lihat pemakaian cincin pada jarinya

HUKUM BERBILANG-BILANG CINCIN

1. Para ulama Malikiyah mengatakan bahawa diharamkan bagi seseorang lelaki memakai lebih daripada satu cincin.

2. Para ulama Syafieyah pula berpandangan bahawa dibenarkan untuk memakai 2 bentuk cincin perak dalam satu masa. Ini seperti yang disebutkan oleh al-Imam Jalaluddin al-Suyuti rahimahullah. Makruh hukumnya memakai lebih daripada 2 bentuk cincin. Al-Imam Isnawi rahimahullah juga berpandangan sedemikian dan kata al-Imam Khawarizmi di dalam al-Kafi : Makruh memakai kedua-dua cincin tersebut pada satu jari.

3. Para ulama Hanabilah pula berpandangan bahawa dibenarkan bagi lelaki memakai dua cincin dan lebih selagi mana tidak keluar daripada adat setempat.

4. Manakala para ulama Hanafiyah tidak pula kedapatan mereka mengeluarkan pandangan di dalam masalah ini.

BENTUK CINCIN RASULULLAH

1. Cincin Baginda sallallahu alaihi wasallam ada dua jenis. Ada yang diukir perkataan “ Muhammad Rasulullah” dan ada yang diletakkan batu.

2. Jenis batunya menjadi perbahasan para ulama, sebahagian mengatakan bahawa ianya adalah jenis aqiq dan al-Imam Jalaluddin al-Suyuthi mengatakan bahawa beliau melihat di dalam kitab Mufradat fi al-Tibb

karangan Ibn al-Baithar bahawa jenis batu tersebut adalah zabarjad.

JARI YANG SUNNAH DILETAKKAN CINCIN

1. Bagi wanita tiada tempat yang khusus diletakkan. Terpulang kepada mereka untuk memakai cincin dimana sahaja anggota. Samada di kesemua jari tangan atau jari kaki sekalipun. Ini kerana itu adalah perhiasan bagi mereka.

2. Para ulama berbeza pandangan tentang kedudukan jari yang sunnah dipakaikan cincin bagi lelaki. Para ulama Hanafiyah mengatakan bahawa disunnahkan bagi lelaki untuk memakai cincin di jari kelingking sebelah kiri dan bukan pada jari lain walaupun kanan. Sebahagian daripada ulama Hanafiyah mengatakan bahawa diharuskan untuk memakai cincin pada jari kelingking kanan.

3. Manakala al-Imam Malik radhiyallahu anhu, guru kepada al-Imam al-Syafie radhiyallahu anhu mengatakan bahawa disunnahkan memakai cincin di jari kelingking kiri dan beliau sendiri memakai cincin di jari kelingking kiri. Al-Imam Ibn al-Arabi al-Maliki mengatakan bahawa sunnah memakai cincin pada jari kelingking kiri dan makruh memakainya pada kelingking kanan.

4. Para ulama Syafieyah mengatakan bahawa harus untuk dipakai cincin pada jari kelingking kanan atau kiri sekalipun. Tetapi pandangan yang masyhur ialah memakainya pada jari kelingking kanan kerana ianya merupakan tempat untuk berhias. Manakala memakai cincin pada jari manis adalah dibenarkan. Jari tengah, telunjuk dan ibu jari adalah dilarang bagi kaum lelaki untuk meletakkan cincin padanya. Ini kerana terdapat larangan daripada Baginda sallallahu alaihi wasallam kepada Sayyiduna Ali radhiyallahu anhu untuk memakai cincin pada jari-jari tersebut.

5. Para ulama Hanabilah pula berpandangan bahawa afdhal memakai cincin pada jari kelingking kiri. Mereka juga berpandangan bahawa dibenarkan untuk memakai cincin pada jari manis dan ibu jari. Manakala jari telunjuk dan jari tengah adalah dilarang untuk meletakkan cincin padanya kerana terdapat larangan yang jelas daripada Baginda sallallahu alaihi wasallam.

KE ARAH MANAKAH BATU CINCIN DIPUSING?

1. Para ulama mengatakan bahawa dibenarkan untuk kita menzahirkan batu cincin ke atas. Namun yang lebih afdhalnya menurut sunnah Baginda sallallahu alaihi wasallam adalah dengan memusingkan arah batu tersebut ke telapak tangan.

Semoga kita semua dapat mengambil manfaat dengan perbahasan ini bagi menghidupkan sunnah Baginda sallallahu alaihi wasallam.


info dr : SINI 1 atau SINI 2

nak view apa ek??...just click je..:)

Piala AFF (4) jodoh (4) Harimau Malaya (3) 2013 (2) BENASHAARI.COM (2) MAKDARA (2) Najwa Latif (2) REMAJA (2) Rajagobal (2) doa (2) info kesihatan (2) kahwin (2) lelaki (2) mercun (2) perempuan (2) rusuk (2) #doautkMH370 (1) #prayforMH370 (1) 1Malaysia (1) 2012 (1) A Thousand Years (1) AFF SUZUKI (1) ASK (1) AirAsia (1) Al-Fatihah (1) Alfred Riedl (1) Apollo Medical Team (1) BADMINTON (1) BEN ASHAARI (1) BERAS (1) BLACK ft. MALIQUE (1) BURAS (1) Bambang Pamungkas (1) Bernama (1) Borobudur (1) Boyfriend (1) Brain (1) Bruno Mars (1) Bugis (1) CUEPACS (1) Celcom (1) DIET (1) Datuk Hj Juhar Hj Mahiruddin (1) Datuk Seri Dr. Rais Yatim (1) Dejavu (1) Digi (1) FKAT (1) FPI (1) Fakta (1) Firman Utima (1) GAMBIT SAIFULLAH (1) Garuda (1) Haid (1) Happy Fathers Day (1) Happy New Year (1) Homisid (1) ILKA (1) IPTA (1) JUPE (1) Jakarta (1) Jawa Tengah (1) Justin Bieber (1) KARANGKRAF (1) Kinabalu (1) Kristen Stewart (1) Lanun (1) Lulu-Pages (1) MAN KIDAL (1) MARAH (1) MM RAZIF (1) MOJO (1) Maal Hijrah (1) Mackenzie Foy (1) Marion Counter (1) Maxis (1) Microsoft (1) Moshe Dayan (1) NAZA (1) NSAID (1) Nazim Othman (1) Nikah (1) Osman Kering (1) PhD (1) Platonic Love (1) RAYA (1) REMEMBER YOU (1) Robert Pattinson (1) SEAN KINGSTON (1) SHERVINTON EXECUTIE BOUTIQUE HOTEL (1) SITI NURHALIZA (1) SM Nasarudin (1) SSFC (1) Safee Sali (1) Sailendra (1) Sinar Harian (1) Sleeq (1) Surface (1) T-Shirt KELAB BLOGGER BEN ASHAARI (1) TEVT (1) TV3 (1) Tabung Ahmad Sufi (1) Tawau (1) Teman Pengganti (1) Ultra Malaya (1) VOTE (1) adele (1) aepul drama (1) aidil zafuan (1) alviss kong (1) ariel sharon (1) awek (1) azam (1) baidu.com (1) bank darah (1) berat (1) berkat (1) bogel (1) bulan rejab (1) bunuh diri (1) cerita dia (1) christina perri (1) cikshida (1) dark circle (1) derma darah (1) doa iftitah (1) doodle (1) drama band (1) erti (1) erti keberkatan hidup (1) eye roll-on (1) eyebag (1) farizal (1) fizgraphic (1) fonofobia (1) fotofobia (1) gaji (1) garnier (1) google.com (1) header (1) hidup (1) hospital tawau (1) idea (1) imsak (1) instinct (1) integriti (1) j0d0h.... (1) jamal abdillah (1) kanser rahim (1) kawen (1) kecewa (1) kereta (1) khalifah dunia (1) lirik (1) majalah (1) malique (1) mati (1) mcDonald (1) migrain (1) mimpi (1) mohd fahdli (1) niat puasa (1) nik aziz (1) paracetamol (1) pasrah (1) penpatah (1) percaya padaku (1) pesona (1) reward (1) rindu (1) sabah (1) sahur (1) sedih (1) someone like you (1) sony ericcson xperia x10 mini (1) stay (1) stayreward (1) syeera sanders (1) takut (1) terbang (1) tip (1) tip membina pesona diri (1) tulang (1) ungu (1) wan zack (1) wanita (1) warden (1) zzati (1)